Rabu, 09 Februari 2011

TIPE KEPRIBADIANKU !!!


KEPRIBADIAN SANGUINIS  KUAT

SANGUINIS KUAT SEBAGAI ORANGTUA
-          Mudah memaafkan (dan tidak menyimpan dendam)
-          Antusias dan ekspresif
-          Hidup di masa sekarang
-          Berhati tulus dan kekanak-kanakan
-          Menyenangkan dan dicemburui orang lain

SANGUINIS KUAT SEBAGAI TEMAN
-          S enang kumpul dan berkumpul (untuk bertemu dan bicara)
-          Senang dengan pujian dan ingin menjadi perhatian
-          Mudah berteman dan menyukai orang lain

SANGUINIS KUAT DI PEKERJAAN
-          Mudah berubah (banyak kegiatan / keinginan)
-          Mengambil inisiatif/ menghindar dari hal-hal atau keadaan yang membosankan
-          Umumnya hebat di permukaan
EMOSI SANGUINIS KUAT
-          Secara fisik memegang pendengar, emosional dan demonstratif
-          Ceria dan penuh rasa ingin tahu
-          Menyukai hal-hal yang spontan
-          Suka bicara



PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KOMUNIKASI KELOMPOK

Konsep diri merupakan tema utama psikologi humanistik yang muncul belakangan ini, pembicaraan tentang konsep dapat di lacak sampai William James. James"The I", diri yang sadar dan aktif dan "The Me", diri yang menjadi obyek renungan kita. Menurut William James, ada dua jenis diri, yaitu "diri" dan "aku". Diri adalah Aku sebagaimana dipersepsikan oleh orang lain atau diri sebagai obyek (Objective Self), sedangkan Aku adalah inti dari diri aktif, mengamati, berpikir dan berkehendak (Subjective Self). membedakan antara
(Sarwono, 1997 : 148).
(Beck,Willam dan Rawlin,1986:293),Mengatakan terdapat banyak aspek yang menyangkut diri adalah sesuatu yang biasa bagi Psikologi. Ada lima aspek dari Diri yaitu :
1. Fisik diri, termasuk tubuh dan semua aktivitas biologis berlangsung didalamnya, walaupun banyak orang mengidentifikasikan diri mereka lebih pada akal pikiran dari pada dengan tubuh mereka sendiri.
2. Diri sebagai proses, suatu aliran akal pikiran, emosi, dan perilaku yang kontan.
3. Diri sosial, merupakan sebuah konsep yang penting bagi ahli ilmu-ilmu sosial. Diri sosial terdiri atas akal pikiran dan perilaku yang kita ambil sebagai respon secara umum terhadap orang lain dan masyarakat.
4. Konsep diri, suatu pandangan pribadi yang memiliki seseorang tentang dirinya masing-masing.
5. Cita diri, merupakan faktor yang paling penting dari perilaku dan berkaitan erat dengan konsep diri.
Willian D. Brooks dalam bukunya "Speech Communication", mengatakan "self concept then, can be defined as those physical, social, and psychological perceptions of our selves that we have from experiences and our interaction with others", konsep diri ialah semua presepsi kita terhadap aspek diri yang meliputi aspek fisik, aspek sosial, dan aspek psikologis, yang didasarkan pada pengalaman dan interaksi kita dengan orang lain.
Konsep diri merupakan bagian inti dari pengalaman individu yang secara perlahan-lahan dibedakan dan disimbolisasikan sebagai bayangan tentang diri yang mengatakan "apa dan siapa sebenarnya aku" dan "apa sebenarnya yang harus aku perbuat". Untuk menunjukan apakah konsep diri yang konkret sesuai atau terpisah dari perasaan dan pengalaman organismik, Rogers mengajukan dua konsep diri yaitu :
1. Incongruence :
Ketidaksesuaian antara konsep diri dan pengalaman organismik disebabkan adanya persaingan diri yang mendasar dalam individu. Dalam hal ini, individu merasa diancam dan takut karena. Dia ternyata tidak mampu menerima secara terbuka dan fleksibel semua pengalaman dan nilai orgnaismik dalam konsep dirinya yang terlalu sempit. Akibat dari semua ini ialah konsep diri utuh, tingkah lakunya definsif, pikirannya kaku dan picik.
2. Congruence :
Situasi saat pengalaman diri diungkapkan dengan seksama dalam sebuah konsep diri yang utuh, integral, dan asli.
Secara hirarkis, konsep diri terdiri atas tiga peringkat (Pudjijogyanti, 1988 : 8-11), yaitu
1. Konsep diri global (menyeluruh) :
Konsep diri global merupakan suatu arus kesadaran dari seluruh keunikan individu. Dalam arus kesadaran itu, ada "The I", yaitu "Aku Subyek" dan "The Me" yaitu "Aku Obyek". Kedua "Aku" ini merupakan kesatuan yang tidak dapat dibedakan atau dipisahkan. Aku obyek ada karena proses menjadi tahu (knowing), dan proses ini bisa terjadi karena manusia mampu merefleksikan dirinya sendiri.
Dengan kata lain, kedua aku ini hanya dapat dibedakan secara konseptual, tetapi tetap merupakan satu kesatuan secara psikologis. Hal ini menunjukan bahwa kita tidak hanya dapat menilai orang lain, tetapi juga dapat menilai diri kita sendiri. Diri kita bukan hanya sebagai penanggap, namun juga sebagai peransang. Jadi, diri kita bisa menjadi subyek dan obyek sekaligus.
2. Konsep diri Mayor :
Konsep diri mayor merupakan cara individu memahami aspek sosial, fisik dan akademis dirinya
3. Konsep diri spesifik :
Cara individu dalam memahami dirinya terhadap setiap jenis kegiatan dalam aspek akdemis, sosial maupun fisik.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi Konsep Diri
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi konsep diri, Jalaluddin Rakhmat (1994) membagi 4 faktor yaitu :
1. Orang lain
Kita mengenal diri kita dengan mengenal orang lain lebih dahulu.
2. Significant Others
Dalam perkembangannya, meliputi semua orang yang mempengaruhi perilaku, pikiran dan perasaan kita. Mereka mengarahkan tindakan kita, membentuk pikiran kita dan menyentuh kita secara emosional.
3. Affective Others
Orang lain yang mempunyai ikatan emosional dengan kita. Dari merekalah secara perlahan-lahan, kita membentuk konsep diri kita. Senyuman, pujian, penghargaan dan pelukan mereka, menyebabkan kita menilai diri kita secara positif. Sebaliknya ejekan, cemoohan, dan hardikan membuat kita memandang diri kita secara negatif.
4. Kelompok rujukan (Reference Group)
Dalam pergaulan masyarakat, kita pasti menjadi anggota berbagai kelompok. Setiap kelompok mempunyai norma-norma tertentu. Ada kelompok yang secara emosional mengikat kita, dan berpengaruh pada konsep diri kita. Dengan melihat kelompok ini, orang mengarahkan perilakunya dan menyesuaikan dirinya dengan ciri-ciri kelompoknya.
William Brooks menyebutkan empat faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri seseorang antara lain
1. Self Appraisal – Viewing Self as on object :
Menunjukan suatu pandangan, yang menjadikan diri sendiri sebagai obyek dalam komunikasi atau dengan kata lain adalah kesan kita terhadap diri kita sendiri. Dalam hal ini kita membentuk kesan-kesan tentang diri kita. Kita mengamati perilaku fisik (lahiriah) secara langsung, misalnya kita melihat diri kita di depan cermin dan kemudian menilai atau mempertimbangkan berat badan, penampilan dan senyum manis. Penilaian-penilaian tersebut sangat berpengaruh terhadap cara kita merasakan tentang diri kita, suka atau tidak suka, senang atau tidak senang, pada apa yang kita lihat tentang diri kita. Apabila merasakan apa yang kita tidak sukai tentang diri kita, disini kita berusaha untuk mengubahnya. Dan jika tidak mau mengubahnya, inilah awal dari konsep diri yang negatif terhadap diri kita sendiri.
Pada dasarnya, konsep diri yang tinggi pada anak dapat tercipta bila kondisi keluarga menyiratkan adanya integritas dan tenggang rasa yang tinggi antara anggota keluarga. Juga oleh sikap ibu yang puas terhadap hubungan ayah-anak, mendukung rasa percaya dan rasa aman anak, pandangan positif terhadap dirinya sendiri dan terhadap suaminya. Adanya integritas dan tenggang rasa, serta sikap positif dari orang tua, akan menyebabkan anak memandang orang tua sebagai figur yang berhasil dan menganggap orangtua sebagai teman karib atau orang yang dapat dipercayai. Dengan kata lain, kondisi keluarga yang demikian dapat membuat anak menjadi lebih percaya diri dalam membentuk seluruh aspek dalam dirinya karena Ia mempunyai modal yang dapat dipercaya.
2. Reaction and Response of Others
Konsep diri itu tidak saja berkembang melalui pandangan kita terhadap diri sendiri, namun juga berkembang dalam rangka interaksi kita dengan masyarakat. Oleh sebab itu, konsep diri dipengaruhi oleh reaksi serta respons orang lain terhadap diri kita, misalnya perbincangan tentang masalah sosial.
Menurut Brook (1971), "Self concept is the direct result of how significant others react to the individual". Jadi, self concept atau konsep diri adalah hasil langsung dari cara orang lain bereaksi secara berarti kepada individu.
Karena kita mendengar adanya reaksi orang terhadap diri kita, misalnya apa yang mereka sukai atau tidak mereka sukai yang menyangkut diri kita, muncul apa yang mereka rasakan tentang diri kita, perbuatan kita, ide-ide, kata-kata dan semua yang menyangkut dengan diri kita. Dengan demikian, apa yang ada pada diri kita, di evaluasi oleh orang lain melalui interaksi kita dengan orang tersebut, dan pada gilirannya evaluasi mereka mempengaruhi perkembangan konsep diri kita.
3. Roles You Play-Role Taking
Peran merupakan seperangkat patokan, yang membatasi perilaku yang mesti dilakukan oleh seseorang yang menduduki suatu posisi (Suhardono, 1994).
Dalam hubungan pengaruh peran terhadap konsep diri, adanya aspek peran yang kita mainkan sedikit banyak akan mempengaruhi konsep diri kita.
Peran yang kita mainkan itu adalah hasil dari sistim nilai kita. Kita dapat memotret diri kita sebagai seorang yang dapat berperan sesuai dengan presepsi kita yang didasarkan pada pengalaman diri sendiri, yang dalam hal ini terdapat unsur selektivitas dari keinginan kita untuk memainkan peran, seperti halnya jika kita memilih baju memilih buah-buahan, memilih sekolah dan sebagainya. Lebih banyak peran yang kita mainkan dan dianggap positif oleh orang lain, semakin positif konsep diri kita. Semakin positif konsep diri kita, semakin positif komunikasi kita dengan orang lain.
4. Reference Group
Yang dimaksud dengan reference group atau kelompok rujukan adalah kelompok yang kita menjadi anggota di dalamnya. Jika kelompok ini kita anggap penting, dalam arti mereka dapat menilai dan beraksi pada kita, hal ini akan menjadi kekuatan untuk menentukan konsep diri kita. Willian Brookmengatakan "Research shows that how we evaluate ourselves is in part of function of how we are evaluated by reference groups" (Brook, 1971 : 66). Jadi menunjukan bahwa cara kita menilai diri kita merupakan bagian dari fungsi kita di evaluasi oleh kelompok rujukan.
Sikap menunjukan rasa tidak senang atau tidak setuju terhadap kehadiran seseorang, biasanya dipergunakan sebagai bahan komunikasi dalam penilaian kelompok terhadap perilaku seseorang. Dan komunikasi tersebut selanjutnya akan dapat mengembangkan konsep diri seseorang sebagai akibat dari adanya pengaruh kelompok rujukan. Semakin banyak kelompok rujukan yang menganggap diri kita positif, semakin positif pula konsep diri kita .
Komponen-Komponen Konsep Diri :
1. Citra tubuh
Sikap, presepsi, keyakinan dan pengetahuan individu secara sadar atau tidak sadar terhadap tubuhnya yaitu ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan obyek yang kontak secara terus menerus.
2. Ideal diri
Presepsi individu tentang bagaimana dia harus berprilaku berdasarkan standar, tujuan, keinginan atau nilai pribadi tertentu. Ideal diri sama dengan cita-cita, keinginan, harapan tentang diri sendiri.
3. Harga Diri
Penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Pencapaian ideal diri, cita-cita, harapan langsung menghasilkan perasaan berharga.
4. Penampilan Peran
Seperangkat perilaku yang diharapkan secara sosial yang berhubungan dengan fungsi individu pada berbagai kelompok sosial.
5. Identitas Personal
Kesadaran atau keunikan diri sendiri yang bersumber dari penilaian dan observasi diri sendiri. Identitas ditandai dengan kemampuan memandang diri sendiri beda dengan orang lain, mempunyai percaya diri, dapat mengontrol diri, mempunyai persepsi tentang peran serta citra diri

Sebagaimana telah diuraikan pada bagian pendahuluan, bahwa kelompok merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari aktivitas kita sehari-hari. Kelompok baik yang bersifat primer maupun sekunder, merupakan wahana bagi setiap orang untuk dapat mewujudkan harapan dan keinginannya berbagi informasi dalam hamper semua aspek kehidupan. Ia bias merupakan media untuk mengungkapkan persoalan-persoalan pribadi (keluarga sebagai kelompok primer), ia dapat merupakan sarana meningkatkan pengethuan para anggotanya (kelompok belajar) dan ia bias pula merupakan alat untuk memecahkan persoalan bersama yang dihadapi seluruh anggota (kelompok pemecahan manaslah). Jadi, banyak manfaat yang dapat kita petik bila kita ikut terlibat dalam seuatu kelompok yang sesuai dengan rasa ketertarikan (interest) kita. Orang yang memisahkan atau mengisolasi dirinya dengan orang lain adalah orang yang penyendiri, orang yang benci kepada orang lain (misanthrope) atau dapat dikatakan sebagai orang yang antisocial.
Bahasan dalam modul ini mencakup tiga hal, yaitu pengertian mngenai kemonikasi kelompok, karakteristik dari komunikasi kelompok dan kajian tentang fungsi dari komunikasi kelompok.
Pengertian Komunikasi Kelompok
Michael Burgoon dan Michael Ruffner dalam bukunya Human Communiation, A Revisian of Approaching Speech/Comumunication, memberi batasan komunikasi kelompok sebagai interaksi tatap muka dari tiga atau lebih individu guna memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti berbagai informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga semua anggota kelompok dapat menumbuhkan karateristik pribadi anggota lainnya dengan akurat (the face-to-face interaction of three or more individuals, for a recognized purpose such as information sharing, self-maintenance, or problem solving, such that the members are able to recall personal characteristics of other members accurately).
Ada empat elemen yang tercakup dalam definisi di atas, yaitu :
  1. interaksi tatap muka, jumlah partisipan yang terlibat dalam interaksi, maksud atau tujuan yang dikehendaki dan kemampuan anggota untuk dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya. Kita mencoba membahaas keempat elemen dari batasan tersebut dengan lebih rinci.
  2. Terminologi tatap muka (face-toface) mengandung makna bahwa setiap anggota kelompok harus dapat melihat dan mendengar anggota lainnya dan juga harus dapat mengatur umpan balik secara verbal maupun nonverbal dari setiap anggotanya. Batasan ini tidak berlaku atau meniadakan kumpulan individu yang sedang melihat proses pembangunan gedung/bangunan baru. Dengan demikian, makna tatap muka tersebut berkait erat dengan adanya interaksi di antara semua anggota kelompok. Jumlah partisipan dalam komunikasi kelompok berkisar antara 3 sampai 20 orang. Pertimbangannya, jika jumlah partisipan melebihi 20 orang, kurang memungkinkan berlangsungnya suatu interaksi di mana setiap anggota kelompok mampu melihat dan mendengar anggota lainnya. Dan karenannya kurang tepat untuk dikatakan sebagai komunikasi kelompok.
  3. Maksud atau tujuan yang dikehendaki sebagai elemen ketiga dari definisi di atas, bermakna bahwa maksud atau tujuan tersebut akan memberikan beberapa tipe identitas kelompok. Kalau tujuan kelompok tersebut adalah berbagi informasi, maka komunikasi yang dilakukan dimaksudkan untuk menanamkan pengetahun (to impart knowledge). Sementara kelompok yang memiliki tujuan pemeliharaan diri (self-maintenance), biasanya memusatkan perhatiannya pada anggota kelompok atau struktur dari kelompok itu sendiri. Tindak komunikasi yang dihasilkan adalah kepuasan kebutuhan pribadi, kepuasan kebutuhan kolektif/kelompok bahkan kelangsungan hidup dari kelompok itu sendiri. Dan apabila tujuan kelompok adalah upaya pemecahan masalah, maka kelompok tersebut biasanya melibatkan beberapa tipe pembuatan keputusan untuk mengurangi kesulitan-kesulitan yang dihadapi.
  4. Elemen terakhir adalah kemampuan anggota kelompok untuk menumbuhkan karateristik personal anggota lainnya secara akurat. Ini mengandung arti bahwa setiap anggota kelompok secara tidak langsung berhubungan dengan satu sama lain dan maksud/tujuan kelompok telah terdefinisikan dengan jelas, di samping itu identifikasi setiap anggota dengan kelompoknya relatif stabil dan permanen.

Fungsi Komunikasi Kelompok
Keberadaan suatu kelompok dalam masyarakat dicerminkan oleh adanya fungsi-fungsi yang akan dilaksanakannya. Fungsi-fungsi tersebut mencakup fungsi hubungan sosial, pendidikan, persuasi, pemecahan masalah dan pembuatan keputusan dan fungsi terapi. Semua fungsi ini dimanfaatkan untuk pembuatan kepentingan masyarakat, kelompok dan para anggota kelompok itu sendiri.
Fungsi pertama dalam kelompok adalah hubungan sosial, dalam arti bagaimana suatu kelompok mampu memelihara dan memantapkan hubungan sosial di antara para anggotanya seperti bagaimana suatu kelompok secara rutin memberikan kesempatan kepada anggotanya untuk melakukan sktivitas yang informal, santai dan menghibur.

GAYA KEPEMIMPINAN !!!


Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Cara alamiah mempelajari kepemimpinan adalah "melakukanya dalam kerja" dengan praktik seperti pemagangan pada seorang senima ahli, pengrajin, atau praktisi Dalam hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari peranya memberikan pengajaran/instruksi

Ciri-Ciri Seorang Pemimpin

Kebanyakan orang masih cenderung mengatakan bahwa pemimipin yang efektif mempunyai sifat atau ciri-ciri tertentu yang sangat penting misalnya, kharisma, pandangan ke depan, daya persuasi, dan intensitas.Dan memang, apabila kita berpikir tentang pemimpin yang heroik seperti Napoleon, Washington, Lincoln, Churcill, Sukarno, Jenderal Sudirman, dan sebagainya kita harus mengakui bahwa sifat-sifat seperti itu melekat pada diri mereka dan telah mereka manfaatkan untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan.

Kepemimpinan Yang Efektif

Barangkali pandangan pesimistis tentang keahlian-keahlian kepemimpinan ini telah menyebabkan munculnya ratusan buku yang membahas kepemimpinan. Terdapat nasihat tentang siapa yang harus ditiru (Attila the Hun), apa yang harus diraih (kedamaian jiwa), apa yang harus dipelajari (kegagalan), apa yang harus diperjuangkan (karisma), perlu tidaknya pendelegasian (kadang-kadang), perlu tidaknya berkolaborasi (mungkin), pemimpin-pemimpin rahasia Amerika (wanita), kualitas-kualitas pribadi dari kepemimpinan (integritas), bagaimana meraih kredibilitas (bisa dipercaya), bagaimana menjadi pemimipin yang otentik (temukan pemimpin dalam diri anda), dan sembilan hukum alam kepemimpinan (jangan tanya). Terdapat lebih dari 3000 buku yang judulnya mengandung kata pemimipin (leader). Bagaimana menjadi pemimpin yang efektif tidak perlu diulas oleh sebuah buku. Guru manajeman terkenal, Peter Drucker, menjawabnya hanya dengan beberapa kalimat: "pondasi dari kepemimpinan yang efektif adalah berpikir berdasar misi organisasi, mendefinisikannya dan menegakkannya, secara jelas dan nyata.

Kepemimpinan Karismatik

Max Weber, seorang sosiolog, adalah ilmuan pertama yang membahas kepemimpinan karismatik. Lebih dari seabad yang lalu, ia mendefinisikan karisma (yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti "anugerah") sebagai "suatu sifat tertentu dari seseorang, yang membedakan mereka dari orang kebanyakan dan biasanya dipandang sebagai kemampuan atau kualitas supernatural, manusia super, atau paling tidak daya-daya istimewa. Kemampuan-kemampuan ini tidak dimiliki oleh orang biasa, tetapi dianggap sebagai kekuatan yang bersumber dari yang Ilahi, dan berdasarkan hal ini seseorang kemudian dianggap sebagai seorang pemimpin.

GAYA KEPEMIMPINAN
Tanpa kita sadari bahwa sebetulnya kita masing-masing akan menjadi pemimpin, minimal akan menjadi pemimpin diri kita sendiri. Tapi sebetulnya ada bemacam gaya kepemimpinan menurut pakarnya:
1. Gaya kepemimpinan otoriter atau otokrasi, artinya sangat memaksakan kehendak kekuasaannya kepada bawahan.
2. Gaya kepemimpinan demokratis, artinya bersikap tengah antara memaksakakan kehendak dan memberi kelonggaran kepada bawahan.
3. Gaya kepemimpinan laissez fasif, yakni sikap membebaskan bawahan; dan
4. Gaya kepemimpinan situasional, yakni suatu sikap yang lebih melihat situasi: kapan harus bersikap memaksa, kapan harus moderat, dan pada situasi apa pula pemimpin harus memberikan keleluasaan pada bawahan.
Nah sekarang kita lihat satu persatu ciri-ciri dari masing-masing gaya kepemimpinan tersebut:
1. Ciri-ciri Kepemimpinan Bertipe Otoriter:
1) Tanpa musyawarah
2) Tidak mau menerima saran dari bawahan
3) Mementingkan diri sendiri dan kelompok
4) Selalu memerintah
5) Memberikan tugas mendadak
6) Cenderung menyukai bawahan yang ABS (asal bapak senang)
7) Sikap keras terhadap bawahan
8) Setiap keputusannya tidak dapat dibantah
9) Kekuasaan mutlak di tangan pimpinan
10) Hubungan dengan bawahan kurang serasi
11) Bertindak sewenang-wenang
12) Tanpa kenal ampun atas kesalahan bawahan
13) Kurang mempercayai bawahan
14) Kurang mendorong semangat kerja bawahan
15) Kurang mawas diri
16) Selalu tertutup
17) Suka mengancam
18) Kurang menghiraukan usulan bawahan
19) Ada rasa bangga bila bawahannya takut
20) Tidak suka bawahan pandai dan berkembang
21) Kurang memiliki rasa kekeluargaan
22) Sering marah-marah
23) Senang sanjungan.

2. Ciri-ciri Kepemimpinan Bertipe Demokratis:

1) Pendapatnya terfokus pada hasil musyawarah
2) Tenggang rasa
3) Memberi kesempatan pengembangan karier bawahan
4) Selalu menerima kritik bawahan
5) Menciptakan suasana kekeluargaan
6) Mengetahui kekurangan dan kelebihan bawahan
7) Komunikatif dengan bawahan
8) Partisipasif dengan bawahan
9) Tanggap terhadap situasi
10) Kurang mementingkan diri sendiri
11) Mawas diri
12) Tidak bersikap menggurui
13) Senang bawahan kreatif
14) Menerima usulan atau pendapat bawahan
15) Lapang dada
16) Terbuka
17) Mendorong bawahan untuk mencapai hasil yang baik
18) Tidak sombong
19) Menghargai pendapat bawahan
20) Mau membirnbing bawahan
21) Mau bekerja sama dengan bawahan
22) Tidak mudah putus asa
23) Tujuannya dipahami bawahan
24) Percaya pada bawahan
25) Tidak berjarak dengan bawahan
26) Adil dan bijaksana
27) Suka rapat (musyawarah)
28) Mau mendelegasikan tugas kepada bawahan
29) Pemaaf pada bawahan
30) Selalu mendahulukan hal-hal yang penting

3. Ciri-ciri Kepemimpinan Bertipe laissez fasif :
1) Pemimpin bersikap pasif
2) Semua tugas diberikan kepada bawahan
3) Tidak tegas
4) Kurang memperhatikan kekurangan dan kelebihan bawahan
5) Percaya kepada bawahan
6) Pelaksanaan pekerjaan tidak terkendali
7) Mudah dibohongi bawahan
8) Kurang kreatif
9) Kurang mawas diri
10) Perencanaan dan tujuannya kurang jelas
11) Kurang memberikan dorongan pada bawahan
12) Banyak bawahan merasa dirinya sebagai orang yang berkuasa
13) Kurang punya rasa tanggung jawab
14) Kurang berwibawa
15) Menjunjung tinggi hak asasi
16) Menghargai pendapat bawahan (orang lain)
17) Kurang bermusyawarah

4. Ciri-ciri Kepemimpinan Bertipe Situasional:
1) Supel atau luwes
2) Berwawasan luas
3) Mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan
4) Mampu menggerakkan bawahan
5) Bersikap keras pada saat-saat tertentu
6) Berprinsip dan konsisten terhadap suatu masalah
7) Mempunyai tujuan yang jelas
8) Bersikap terbuka bila menyangkut bawahan
9) Mau membantu memecahkan permasalahan bawahan
10) Mengutamakan suasana kekeluargaan
11) Berkomunikasi dengan baik
12) Mengutamakan produktivitas kerja
13) Bertanggung jawab
14) Mau memberikan tanggung jawab pada bawahan
15) Memberi kesempatan pada bawahan untuk mengutarakan pendapat pada saat-saat tertentu
16) Melakukan atau mengutamakan pengawasan melekat
17) Mengetahui kelemahan dan kelebihan bawahan
18) Mengutamakan kepentingan bersama,
19) Bersikap tegas dalam situasi dan kondisi tertentu
20) Mau menerima saran dan kritik dari bawahan
Setelah kita tahu ciri-ciri dari gaya kepemimpinan, pertanyaannya adalah, kita sebagai pimpinan entah di perusahaan atau di rumah atau di organisasi termasuk kategori yang mana? Hanya kita sendiri yangn bisa menjawab.
Semoga bermanfaat menambah wawasan.
(Sumber: organisasi.org , rachmansyah)